dirasakan, difikirkan, pada tanggal 27 Februari 2013 (Wisuda)
Semalam berfikir tentang wisuda yang penting atau ngga. Di luar penting atau ngga, toh hari ini saya ikut acara wisuda juga. Ini momen sensitif untuk saya, mungkin juga untuk semua kakak saya. Sedikit ribet memang ya, yang ga biasa dandan eh harus pake make up, biasa pake kaos eh sekarang pake baju rapi. Sekali lagi, di luar penting atau ngga, momen wisuda itu momen sensitif untuk saya.
Semalam sudah saya tentukan Yayu, Teteh, Kakak, bahkan Mas Anggit harus pakai baju apa. Semua saya yang pilih, sesuka hati saya. Saya buka lemari baju di kamar saya, masih ada baju Ayah dan Mama disana. Saya pilihkan baju dari kumpulan baju tergantung itu, sesuka saya, favorit saya dulu. Hahahahaa egois memang si bungsu, ah sekali sekali aja ngatur kaya gini ko :p Semua nurut-nurut aja, oh mungkin demi tampil rapi dan memenuhi kemauan si bungsu, semua nurut tanpa tapi.
Iya memang, momen ini sangat sensitif untuk saya.
Berangkat pagi, eh di kampus ya sudah ramai. Walaupun yang masuk ke gedung wisuda cuma Yayu, ya tapi semua datang termasuk bocah bocah ponakan tersayang :)
Keluarga yang lain pun rata-rata begitu, walaupun yang bisa masuk hanya 2 pendamping, tapi yang datang ya lebih dari itu. Sisanya? ya menunggu aja di luar. Ngapain? ya nunggu aja sampai acara wisuda selesai dan wisudawan kebanggaan mereka keluar dengan rumbai toga yang sudah ada di sebelah kanan.
Jadi penting ngga wisuda itu? Bisa jadi
Dari ribuan orang itu, saya bisa lihat bermacam-macam. Ada yang sangat sederhana, banyak juga yang sangat mewah. Semua berusaha serapi mungkin yang mereka bisa. Tukang foto lakuuuuu banget. Oh yaiya dong, momen selangka ini masa iya ngga diabadikan lewat foto. Entah mereka datang dengan kendaraan apa, pakai baju apa, tapi semua datang dengan kebanggaan masing-masing.
Di luar penting atau ngga si wisuda ini, tapi lagu Indonesia Raya yang dinyanyikan saat wisuda, rasanya lagu Indonesia Raya ter-meng-haru-kan yang pernah saya nyanyikan dan saya dengar. **nahan nangis,takut make up luntur**
Setiap wisudawan terbaik yang maju, entah itu terbaik se-IPB, se-Fakultas, se-Departemen, atau yang cumlaude, semua bertepuk tangan. Sisanya?? Ya sepi-sepi aja. Tapi saya sakin, di bangku pendamping wisuda, orang tua yang datang ingin bertepuk tangan sekeras mungkin waktu namanya disebut. PASTI!!
Oh saya dipanggil juga, nama Ayah juga disebut.
Oh mungkin Mama iri, "ko nama Mama ga disebut juga?", oh paling Ayah jawab "ya kepanjangan atuh kalo disebut juga".
Kalau saja di salah satu bangku itu ada ada Ayah dan Mama pasti mereka berkali-kali menghafalkan saya dari fakultas dan jurusan apa, supaya ga kelewat waktu saya dipanggil.
Oh tapi tenang, Ayah dan Mama insya Allah menyaksikan saya dari tempat terbaiknya, yang nyaman dan tidak berdesak-desakan.
Semoga suara Pak Wakil Dekan cukup jelas waktu memanggil nama saya.
Jadi intinya penting atau ngga wisuda itu? ya terserah mau menganggapnya apa,
Toh itu cuma ceremonial yang bisa jadi ngga penting dan sekedar basa-basi.
Tapi buat saya, ini BERHARGA :)
untuk Mama dan Ayah:
Lihat, si bungsu wisuda, pakai toga, ngga menor kan dandannya?